Sunday, 14 September 2014

Aku dan Lukisan keabadianku

ini adalah sebuah puisi dari seorang pelukis ulung yang bernama Hendra Buana. ada yang kenal nama hendra buana? kenal gak? berarti kalian belum melihat lukisannya yang menakjubkan. hhhh
kenapa puisi ini aku tulis di blog? ya dari pada kertas itu menjadi lapuk . mending ku tulis disini moga aja ada yang baca. aku suka puisi dulunya, tapi sejak kuliah gak lagi.  melankolis mesti ku kurangi.  puisi ini yang aku baca ketika acara perpisahan kelas 9 smp 1 tilatang kamang. aku membawakan puisi ini. latihan berulang2 sebelum tampil. sebenarnya bukan aku yang pertama untuk membawakan puisi ini, tapi temanku, karena  dia gak mau ya di amanatkan ke aku dari seorang guru.  Guru bahasa inggris. Delsyroza? kenalkan?? yang anak beliau juga penyanyi, yogi.  gak kenal? ya udah, next aja lagi. kalau kenal anda hebat :D
ok mau lihat puisinya?  mau?? tapi gak seru kalo tak liat aku tampil? tapi sayang gak  ada dokumentasinya. hanya selembar puisi, itupun telah patah terbagi dua ah maksudku robek terbagi 2.
kkkk

ok lah to 2 point aja lah :D

Tatkala lukisan tua terpajang indah didinding
berlatar mar-mar di istana kraton lama
kutatap lukisan itu dengan sepenuh jiwa
kulumat habis atsmosfir pada lukisan itu
adalah potret seorang raja
dengan sepatu kulit hitam berkilat yang menyilaukan mata

Aku tak tertatik pada raut wajah seorang raja dalam luisan itu
tapi aku tertarik tersentak ketika kulihat sepatu sang raja
yang sanggup memberi dimensi lan saat mataku
terbelalak memperhatikan dengan seksama dan
aku beranjak 7 langkah kekanan
dan seakan terjadi sepatu itu mengikuti langkahku tanpa distorsi
ikut kemana sudut pandang penglihatanku

 apakah ini suatu keajaiban?
bahkan nyariss aku memuji hebatnya seorang maestro
adalah seorang raden saleh bustaman
aku tak mau terkecoh dengan dimensi ruang dan waktu
akupun berbuat dan ciptakan sebuah lukisan yang melukiskan tentang
sajadah berwarna biru keemasan
kupuji ALLAH karena ALLAH telah berikan hal yang sama seperti
yang diperbuat seorang maestro itu
 ke arah yang religius penuh makna tersurat dan
tersuruk menyeruak ke dimensi lain dan perspektif yang hakiki

aku bersyukur dan berterima kash hanya pada ALLAH
adalah tajuk karyaku bersujud keharibaanMu
maka aku dan lukisan keabadianku.

ditulis di yogyakarta ,14 mei 2009

Comments
0 Comments